Kepala BPS Batu Bara: “Buka Mata dan Jendela Dunia Dengan Data” - News - BPS-Statistics Indonesia Batu Bara Regency

To get data of BPS, please come visit directly to Integrated Statistical Services at Jalan Lintas Sumatera Lingk. 5 Lima Puluh 21255, workdays on 08:00 up to 15:30. Visit Statviz (Statistic Visualization) at https://s.bps.go.id/statviz1219, the latest innovation from BPS Batu Bara Regency-BPS North Sumatra Province which helps data users to understand data patterns and trends more quickly.

Kepala BPS Batu Bara: “Buka Mata dan Jendela Dunia Dengan Data”

Kepala BPS Batu Bara: “Buka Mata dan Jendela Dunia Dengan Data”

December 6, 2016 | Other Activities


Koalisi Kependudukan Kabupaten Batu Bara menggelar orientasi bagi anggotanya yang bertempat di RM. Barokah, Kec. Sei Suka, Selasa (6/12/2016). Kepala BPS Kab. Batu Bara, Dinar Butar-butar, SE, M.Si yang menjadi narasumber dalam kegiatan orientasi tersebut memaparkan tentang “Membangun grand design Kependudukan melalui Data”. Dinar mengawali rapat tersebut dengan memperkenalkan statistik sangat penting dalam membuka “mata dan jendela dunia” yang mampu melihat suatu persoalan dengan jernih, tepat, dan lebih mudah mencari jalan keluar dari setiap persoalan.


Ia mengatakan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Batu Bara mencapai 66,02. Angka tersebut masih sangat rendah bahkan Kabupaten Batu Bara urutan ke-25 dari 33 Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Utara. Ia mengharapkan agar pemerintah memberikan target IPM yang akan dicapai tahun depan dan bekerja keras dalam peningkatan IPM tersebut. Lalu bagaimana meningkatkan IPM tersebut? Menurutnya pemerintah harus memberikan perhatian lebih dalam meningkatkan fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan dan juga melalui pemberian bantuan dan kesempatan kepada masyarakat untuk memperoleh hidup yang layak. Di Kabupaten Batu Bara rata-rata lama sekolah yang merupakan salah satu indikator IPM berkisar 7-8 tahun saja yang seyogianya 12 tahun wajib belajar. Menurutnya bukan hanya fasilitas saja yang perlu diperhatikan tetapi kesadaran dari masyarakat juga dalam mengenyam pendidikan, terlebih-lebih bagi orangtua agar memberikan dorongan bagi anaknya untuk bersekolah apalagi dengan tingkat pendidikan yang sudah semakin maju.


“Jumlah penduduk Kabupaten Batu Bara sebanyak 400.803 jiwa dengan jumlah laki-laki yang lebih banyak dibanding perempuan yaitu sebanyak 201.697 dibanding 199.106, nah semoga ini tidak membuat semakin banyak yang melakukan poliandri” ungkap Dinar seraya bercanda yang disambut tawa para peserta.


Persentase penduduk miskin di Kabupaten Batu Bara tahun 2015 sebesar 12,61 persen mengalami peningkatan 1,36 persen dibanding tahun 2014. Usia non-produktif yang lebih banyak dibanding usia produktif ditambah masih adanya usia produktif tersebut yang masih menganggur dengan tingkat pengangguran sebesar 6,32 persen yang menjadi salah satu alasan masih banyak penduduk miskin di kabupaten tersebut. Dilihat dari piramida jumlah penduduk yang berwarna biru dan kuning yang membedakan antara laki-laki dan perempuan, menjelaskan bahwa jumlah kelahiran masih tinggi di Kabupaten Batu Bara terlihat dari grafik tersebut usia 0-4 tahun yang paling lebar baik laki-laki maupun perempuan sehingga perlu gencar lagi dalam mensosialisasikan program Keluarga Berencana agar masyarakat sadar 2 (dua) anak sudah cukup tidak perlu banyak-banyak. Justru pada usia 20-24 tahun terlihat lebih menjorok kedalam, “Kenapa hal ini terjadi?” tanya Dinar yang belum genap setahun bertugas  di BPS Kabupaten Batu Bara. Hal ini dimungkinkan karena pada usia tersebut banyak yang keluar kota untuk kuliah atau mencari pekerjaan karena di Batu Bara tidak terdapat universitas, ini didukung data penduduk usia 10 tahun keatas yang tamat diploma/universitas masih sangat rendah hanya sebesar 3,28 persen saja. Hal ini mungkin bisa menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk membangun universitas dengan beberapa pertimbangan lainnya.


Kondisi lain yang menarik untuk diperhatikan yaitu usia perkawinan pertama wanita 10 tahun  keatas terdapat 3,04 persen yang perkawinan pertamanya pada usia 10-16 tahun dan 12,24 persen pada usia 17-18 tahun. Yang seharusnya wanita pada usia tersebut masih duduk di bangku sekolah malah memilih untuk berkeluarga. “Apakah pada usia tersebut sudah wajar menikah dan secara mental sudah siap?” tanya Bu Dinar pada peserta yang sebagian besar ibu-ibu itupun menjawab “Belum siap”.


Untuk paparan lengkap, silahkan kunjungi link berikut.

Badan Pusat Statistik

BPS-Statistics Indonesia

Badan Pusat Statistik Kabupaten Batu Bara Jl. Lintas Sumatera Lk. 5 Lima Puluh Kota 21255

Telp/Faks (62-622) 697383

Mailbox : batubarakab@bps.go.id

logo_footer

Copyright © 2023 BPS-Statistics Indonesia