Batu Bara – Pemaparan menarik pada Jumat (18/11/2016) di Aula
Kantor BPS Kabupaten Batu Bara adalah mengenai kemiskinan dan seluk beluk baik
itu indikator, penyebab, hingga jenis-jenis kemiskinan. Pada kesempatan ini, Subject
Matter dari Seksi Sosial BPS Kabupaten Batu Bara Sudarmajid S.Si mendapat mandat
untuk membagikan ilmu seputar materi kemiskinan yang digunakan saat ini oleh
BPS. Topik ini sangat menarik karena
menjadi salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan suatu wilayah.
Kemiskinan menjadi hal yang sangat kasat mata bisa kita rasakan dalam kehidupan
bermasyarakat dan menjadi salah satu permasalahan yang sangat sulit untuk
dicegah saat ini.
Kemiskinan? Sudah sejauh mana
langkah serius pemerintah terhadap masalah ini? Apakah pemerintah tutup mata terhadap
kesenjangan sosial? Apakah program pemerintah sudah memberikan keringanan bagi
masyarakat? Kalau belum, program selama ini ibarat memanjakan seekor kucing,
ketika diberikan makanan yang dimasak terlebih dahulu, dan itu sudah
dibiasakan, ketika suatu kondisi makanan tidak tercukupi lagi, maka dia tidak
akan terbiasa dengan makanan yang sudah ada (tanpa dimasak).
Sudarmajid menjelaskan bahwa
kemiskinan adalah masalah multidimensional yang sulit untuk diukur dan perlu
kesepakatan pengukuran yang dipakai. Indikator kemiskinan ada 4 (empat) yakni:
kemiskinan relatif, kemiskinan absolut, kemiskinan kultural, dan kemiskinan
struktural. Menarik dari kemiskinan kultural adalah, budaya dari masyarakat
yang “menerima” kemiskinan yang terjadi pada dirinya, BAHKAN tidak merespon
usaha-usaha pihak lain yang membantunya keluar dari kemiskinan tersebut. Hal
ini bisa kita lihat pada kasus di DKI Jakarta, dimana masyarakatnya menolak
untuk direlokasi dari pemukinan yang kurang layak ke rumah susun yang ramah
lingkungan dan memiliki fasilitas memadai. Hal ini karena sudah bertahun-tahun
telah menjalani kehidupan dalam jeratan kemiskinan, dan sudah tidak punya lagi
harapan untuk terlepas dari jeratan tersebut. Hal ini menjadi tugas berat
pemerintah dalam mengambil kebijakan, apakah dengan cara berkomunikasi secara
persuasif atau dengan cara yang rasional dan tentunya memberikan manfaat bagi
masyarakat.
Penyebab KEMISKINAN antara lain,
rendahnya taraf pendidikan, rendahnya taraf kesehatan, terbatasnya lapangan
pekerjaan, dan kondisi keterisolasian. Dalam aspek pendidikan, salah satu faktor mengapa anak-anak berhenti sekolah,
yakni faktor lingkungan, ketika anak sudah dibiasakan untuk bekerja dan
memiliki penghasilan sendiri maka cenderung tidak fokus untuk sekolah. Selain
itu, penanaman persepsi pentingnya sekolah bagi anak sejak dini, yang terus
dikontrol oleh orang tua. Kalau tidak, hal ini ibarat lingkaran setan yang
hanya berbalik pada kehidupan yang sama tanpa ada perubahan. Selain dukungan
dari pemerintah, peran penting orang tua sangat menentukan ambisi seorang anak
terhadap pendidikan.
Menarik dipaparkan Sudarmajid kemiskinan
dibedakan atas kemiskinan makro dan kemiskinan mikro. Secara sederhana
kemiskinan makro diartikan data yang menunjukkan jumlah miskin secara total
dari berbagai level berdasarkan estimasi. Sedangkan kemiskinan mikro adalah
data menunjukkan jumlah rumah tangga sasaran (RTS) by name by address. Untuk mengetahui lebih dalam
mengenai kemiskinan, anda bisa mengunjungi link berikut:
http://sumut.bps.go.id/backend/pdf_publikasi/Profil-Kemiskinan-Sumatera-Utara-Maret-2016.pdf